Daun singkong ini tumbuh subur di Aimi Homestead—akar dan batangnya menembus tanah yang kami pulihkan pelan-pelan. Media tanamnya: campuran tanah dan limbah. Karena di sini, kami berusaha agar tak ada yang benar-benar menjadi sampah. Setiap sisa adalah awal yang baru, ia hanya sedang menunggu.
Ya, kami punya 3 (tiga) tempat sampah di dapur: plastik, rongsok, dan organik. Setiap 2-3 minggu sekali, Pak Tua mengambil rongsokan, rezeki yang siap didaur ulang. Plastik mi instan atau lainnya yang tak terjual, terpaksa kami bakar, tentu dengan rasa memberontak yang tak pernah padam. Tapi plastik tebal, terutama bekas minyak goreng, kami potong dan jadikan wadah tanam. Tak mewah, tak instagramable, tapi bertumbuh di dalamnya kangkung, bayam dan selada.
Kami sadar, kami belum sepenuhnya bebas dari limbah. Tapi di setiap keputusan kecil, kami belajar: tak ada sampah, ia hanya berada di tempat yang salah. Tak ada yang sia-sia, ia hanya perlu sentuhan rasa. Dari kebiasaan memilah, memberi makan tanah, sampai memanfaatkan ulang—kami merawat hubungan tanah dengan bijaksana, dengan lebih makna, dengan lebih rasa.
.jpg)
Tidak ada komentar:
Write komentar